Kota Padangsidimpuan Diterjang Bencana Banjir Bandang, Mungkinkah Kerusakan Alam di Kawasan Hutan Gunung Lubuk Raya Menjadi Salah Satu Faktor Utamanya?
Banjir yang melanda Kota Padangsidimpuan pada Kamis, 13 Maret 2025, akibat meluapnya Sungai Batang Ayumi, memiliki keterkaitan erat dengan deforestasi di kawasan hulu sungai, yaitu Gunung Lubuk Raya, serta curah hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi pada hari tersebut. Berdasarkan data dalam dokumen Laporan Penilaian Kajian Keanekaragaman hayati Identifikasi NKT & NKT di Lanskap Tapanuli Selatan, deforestasi yang berlangsung di Tapanuli Selatan telah menyebabkan perubahan signifikan dalam ekosistem hutan, yang pada akhirnya meningkatkan risiko banjir di daerah hilir.
Gunung Lubuk Raya, sebagai bagian dari kawasan hutan Batang Toru, memiliki peran penting dalam menyerap dan menyimpan air hujan. Namun, deforestasi akibat alih fungsi lahan menjadi perkebunan dan pemukiman telah secara drastis mengurangi daya serap tanah. Hutan dataran rendah mengalami deforestasi sebesar 13.813 hektare atau 12,42% sejak 1990 hingga 2018. Kondisi lebih parah terjadi pada hutan rawa gambut yang kehilangan 24.120 hektare atau sekitar 94,16%, menyebabkan hampir seluruh kawasan ini mengalami degradasi. Dengan berkurangnya hutan, kemampuan tanah untuk menyerap air hujan berkurang drastis, sehingga air langsung mengalir ke sungai. Saat hujan dengan intensitas tinggi terjadi dalam waktu lama, seperti yang terjadi pada 13 Maret 2025, debit air Sungai Batang Ayumi meningkat tajam dan meluap hingga membanjiri permukiman di Padangsidimpuan.
Selain berkurangnya daya serap air, deforestasi juga mempercepat laju erosi tanah di kawasan hulu. Hilangnya vegetasi yang berfungsi menahan tanah membuat lapisan tanah bagian atas lebih mudah terkikis dan terbawa aliran air hujan, mengendap di dasar sungai dan menyebabkan pendangkalan. Sedimentasi ini mengurangi kapasitas tampung Sungai Batang Ayumi, sehingga saat hujan deras mengguyur dalam durasi panjang, air dengan cepat meluap ke permukiman dan menghancurkan lahan pertanian.
Deforestasi di Gunung Lubuk Raya juga meningkatkan risiko tanah longsor di daerah perbukitan dan pegunungan. Saat hujan berintensitas tinggi mengguyur dalam waktu lama, tanah yang kehilangan daya ikat akibat hilangnya akar pohon lebih mudah longsor. Material longsoran berupa lumpur, batu, dan kayu terbawa ke sungai, menyumbat aliran air dan mempercepat luapan. Dengan kawasan hutan pegunungan rendah yang masih tersisa sekitar 62.105 hektare, kemampuan hutan dalam menahan longsor semakin terbatas, sehingga dampak banjir semakin parah.
Hilangnya hutan di Gunung Lubuk Raya juga berdampak pada perubahan pola hidrologi yang semakin tidak stabil. Hutan yang seharusnya mengatur siklus hidrologi mengalami degradasi, sehingga air hujan yang turun dalam jumlah besar tidak lagi tertahan oleh ekosistem hutan, melainkan langsung mengalir ke sungai. Hal ini meningkatkan frekuensi dan intensitas banjir, terutama saat curah hujan tinggi terjadi dalam waktu lama. Selain itu, hutan regenerasi muda yang tersisa tidak cukup mampu menggantikan peran hutan primer dalam menyerap air dan menahan erosi, sehingga air hujan yang turun langsung menjadi aliran permukaan yang mempercepat proses banjir.
Banjir di Padangsidimpuan pada 13 Maret 2025 merupakan dampak dari kombinasi deforestasi yang telah berlangsung selama beberapa dekade di kawasan hulu Sungai Batang Ayumi dan curah hujan tinggi yang mengguyur kawasan tersebut. Hilangnya tutupan hutan, meningkatnya sedimentasi sungai, serta perubahan pola hidrologi telah mempercepat aliran air hujan menuju sungai, yang kemudian meluap dan menyebabkan bencana. Jika tidak ada upaya konkret dalam rehabilitasi dan pengelolaan daerah tangkapan air, bencana serupa dapat terus berulang di masa depan dengan dampak yang lebih besar. Oleh karena itu, langkah konservasi dan reforestasi di kawasan Gunung Lubuk Raya menjadi kunci utama dalam mengurangi risiko banjir dan menjaga keseimbangan ekosistem di wilayah Tapanuli Selatan.
Posting Komentar untuk "Kota Padangsidimpuan Diterjang Bencana Banjir Bandang, Mungkinkah Kerusakan Alam di Kawasan Hutan Gunung Lubuk Raya Menjadi Salah Satu Faktor Utamanya?"